SEJARAH DESA JETIS

Desa Jetis pada asal mula merupakan daerah yang belum terjamah oleh orang-orang yang mempunyai ilmu agama. Pada tahun 1600-an ( zaman Majapahit ), datanglah seorang yang mempunyai misi untuk menyebarkan agama Islam. Ia bernama Eyang Makali, yang merupakan keturunan Fathahilah anak dari Bupati Tempayat.
Eyang Makali adalah seorang yang pinter, orang yang mempunyai kemampuan / keahlian, namun dengan keahlian / kemampuan yang ia miliki tidak membuatnya sombong atau ingin menonjolkan diri.
Pada suatu hari terdengarlah nama Eyang Makali oleh Eyang Batoro Katong, seorang penguasa di Ponorogo. Maka dipanggillah Eyang Makali untuk membantu Eyang Batoro Katong memperluas wilayahnya. Eyang Makali memperoleh tugas atau perintah mengatur siasat untuk menundukkan musuh Eyang Batoro Katong, yaitu Ki Ageng Kutu. Dan ternyata siasat / taktik Eyang Makali berhasil dengan memuaskan.
Semenjak keberhasilan Eyang Makali tersebut, maka Eyang Batoro Katong memberikan nama untuk wilayah kedudukan Eyang Makali dengan sebutan Jetis. Kata Jetis diambil dari dua kata Bahasa Jawa yaitu dipijet mletis, artinya ditekan keras penuh berisi, tidak kenyal, tidak lembek, sehingga dengan adanya tekanan atau perintah dia akan mengeluarkan energi / tenaga yang dimilikinya dengan semaksimal mungkin demi keberhasilan perintah tersebut.
Dengan kata lain pemberian nama Jetis, dilatar belakangi oleh sifat Eyang Makali yang merupakan seorang yang pendiam, yang tidak menonjolkan sifat atau kemampuan yang ia miliki. Namun jika mendapat tugas atau tantangan dia akan melaksanakan dengan sekuat kemampuannya.
Sehingga dengan pemberian nama Jetis ini diharapkan generasi penerus desa Jetis ini dapat mencontoh dan meniru dari sifat Eyang Makali yang tidak ingin menonjolkan diri, namun memiliki kemampuan yang lebih.
Demikian kurang lebihnya menurut cerita para sesepuh terjadinya Desa Jetis.
Adapun Desa Jetis dibagi menjadi 2 dusun atau dukuh yaitu :
1. . Dusun Jetis I
2. Dusun Jetis II